Ternyata Usia Tidak Menjamin Kedewasaan Seseorang. Kok Bisa ? Ini Penjelasannya

Benarkah seiring bertambahnya usia, kedewasaan juga mengikutinya? Untuk meraih sebuah gelar sarjana mesti ada proses juga tahapan yang harus dilalui. Seperti halnya kedewasaan dimana proses belajarnya malah tergolong sulit. Ritme yang harus dilalui tak seeksplisit seperti mengejar sebuah gelar. Prosesnya yang implisit malahan sering tak kita sadari.



Kedewasaan biasanya pertama kali muncul dalam bentuk kesadaran yang lebih tentang hal-hal. Kesadaran yang mencakup hal yang lebih luas dan menyeluruh dalam hidup. Berpikir dewasa sangat diperlukan dalam menyikapi hal apapun. Terlebih pada era seperti sekarang ini, yang terkadang kita lebih mengutamakan tuntutan sosial daripada kebutuhan pribadi yang lebih krusial. Ini contoh.

Parameter kedewasaan itu apa?

Bukan masalah angka pastinya, apalagi umur. Dari dulu kita sering mendengar ungkapan, “apa kabar, lama tak ketemu sekarang sudah tambah dewasa ya”, ini seolah bertambahnya umur seseorang akan otomatis juga bertambah dewasa pikirannya. Padahal usia itu angka, sedangkan kedewasaan itu sikap juga pemikiran (positif).

Banyak sekali sikap kedewasaan, sebagai contoh :
dewasa bersosial media
dalam rumah tangga
bergaul
menerima informasi
bermasyarakat
berpolitik
dan daftar ini bisa lebih panjang.
Baca juga : Fenomena Remaja dan Tindak Kekerasan

Jam terbang tinggi (usia) dan display tidak menjamin orang itu punya sikap dan cara berpikir dewasa. Banyak kok contoh nyata pada realitas kehidupan yang sering kita saksikan.

Untuk sekadar menjadi pintar memang mudah dikejar. Namun, untuk mampu berpikir dewasa mesti butuh pembelajaran, perenungan, menghayati, dan mampu mengambil inti sari dari apapun peristiwa yang pernah dilalui.

Setiap manusia pasti mendapat cobaan hidup, hanya tema ujiannya yang berbeda. Ini yang membuat keder manusia, karena stigma ujian identik dengan kesusahan dan kekurangan. Padahal kesenangan dan berkelimpahan juga sama sebagai bentuk ujian. Apakah seseorang itu akan sabar atau takabur, itulah ending-nya.

Belajar tentang kedewasaan ruang lingkup kelasnya tak terbatas, lebih banyak pelajaran yang tersirat. Yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah kita menangkapnya sebagai materi untuk pelajaran?

Merujuk istilah Jawa “unggah-ungguh”, yaitu (etika) bisa menempatkan diri sebagaimana mestinya. Ini sederhana lho, tapi ternyata tidak semua orang sanggup melakukannya.

Meski individu tersebut tergolong terpelajar juga pintar dalam ilmu agama, tidak jaminan mutu bisa bijak membawa dirinya bersikap atau menyikapi suatu hal. Lebih-lebih dalam diri masih diselimuti tinggi hati karena merasa punya ini, punya itu, dan menganggap diri sendiri lebih tahu dibanding orang lain.

Selain itu, kedewasaan yang lain yaitu bisa memosisikan diri dengan baik. Paham dirinya sedang berada di mana, bagaimana konteksnya, dimana batasan-batasannya, dan apa hak serta kewajibannya.

Tak sedikit orang yang mapan dari segi umur, tapi belum memiliki kepribadian yang matang. Usia memang bukan jaminan dan tolok ukur kedewasaan seseorang. Tak mudah menjadi dewasa. Butuh proses panjang dan tahapan yang rumit.

Tidak selalu mau didengarkan, melainkan juga mau mendengarka. Tidak ada orang yang sempurna atau paham dalam segala bidang. Yang ada orang yang bisa merangkum atas apa saja yang ditangkap indera. Tentu saja membutuhkan pembelajaran yang terus menerus.

Kedewasaan mengikuti seseorang yang mau rendah hati mampu menerima nasehat dan masukan dari orang lain dalam hal yang baik. Tidak keras kepala dan mengedepankan egois.

Usia memang ikut andil dalam menentukan kedewasaan, tetapi bukan satu-satunya faktor. Justru yang paling menentukan disini adalah bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung di dalam diri seseorang.

Pembelajaran disini maksudnya bagaimana seseorang mengubah dirinya ke arah yang lebih baik, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidup yang didapatkan selama ini.

Memiliki pengetahuan mengenai moral dan agama saja tidak cukup, ada faktor lain yang past mempengaruhi, yakni lingkungan. Kombinasi pengetahuan moral dan agama yang terus distimulasikan ke dalam perilaku keseharian dapat menjadi benteng utama untuk menghindari seseorang melakukan perilaku kurang pantas.

Sumber : Rury, Kompasiana

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "Ternyata Usia Tidak Menjamin Kedewasaan Seseorang. Kok Bisa ? Ini Penjelasannya"

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel