Tangis Latif, Mencari Kayu Bakar demi Segenggam Beras dan Uang Jajan



Masa kanak-kanak seharusnya diisi dengan belajar dan bermain bersama teman-temannya. Namun, tidak semua bocah bisa merasakan hal itu. Seorang anak di Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa membanting tulang mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan makan dan sekolah.
Adalah Abdul Latif, bocah berusia 8 tahun yang harus membanting tulang membantu ibunya mencari kayu bakar. Ironisnya, keringat Latif mencari kayu bakar hanya dihargai Rp7.000.

"Saya berangkat sekolah jam 07.00, pulang jam 12.00. Habis itu membantu ibu ke kebun mencari kayu bakar dan rumput untuk dijual," jelas Latif menahan tangis.

Ibunda Latif, Wanah, hanya bisa memendam sedih dan pilu di hati saat Latif yang seharusnya bermain dengan teman sebaya, harus berpeluh mencari kayu bakar di tengah hutan.

"Kasihan, (Latif) suka inget sama bapaknya. Enggak ngasih jajan. Ibu suka lelah, suka sakit-sakitan, ibu sudah capek ngurus adiknya, untuk makan semuanya," jelas Wanah sembari menahan tangis.

Tangis Latif, Mencari Kayu Bakar demi Segenggam Beras dan Uang Jajan



Masa kanak-kanak seharusnya diisi dengan belajar dan bermain bersama teman-temannya. Namun, tidak semua bocah bisa merasakan hal itu. Seorang anak di Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa membanting tulang mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan makan dan sekolah.

Adalah Abdul Latif, bocah berusia 8 tahun yang harus membanting tulang membantu ibunya mencari kayu bakar. Ironisnya, keringat Latif mencari kayu bakar hanya dihargai Rp7.000.

"Saya berangkat sekolah jam 07.00, pulang jam 12.00. Habis itu membantu ibu ke kebun mencari kayu bakar dan rumput untuk dijual," jelas Latif menahan tangis.

Ibunda Latif, Wanah, hanya bisa memendam sedih dan pilu di hati saat Latif yang seharusnya bermain dengan teman sebaya, harus berpeluh mencari kayu bakar di tengah hutan.

"Kasihan, (Latif) suka inget sama bapaknya. Enggak ngasih jajan. Ibu suka lelah, suka sakit-sakitan, ibu sudah capek ngurus adiknya, untuk makan semuanya," jelas Wanah sembari menahan tangis.

Namun, Latif yang sudah menjadi yatim sejak kecil menyadari bahwa ia tak boleh melepas pendidikan di sekolah. Meski dalam keterbatasan ekonomi, Latif tetap semangat menjalani hari-hari di sekolah yang berjarak 2 kilometer dari rumahnya tersebut.

"Ekonominya sangat lemah sekali, harapan kami, pemerintah atau dinas pendidikan atau yang sejenisnya, bisa membantu dia melanjutkan ke jenjang berikutnya, karena dari potensinya dia bagus dan layak untuk melanjutkan sekolah," ujar Casdik wali kelas Latif di sekolah.

Tangis Latif tak lagi terbendung usai ia menjelaskan bahwa dirinya hanya mendapat upah Rp7.000 dari haril memeras keringat mencari kayu bakar.

"Kalau ibu dapat Rp12 ribu dan aku Rp7.000. Uangnya buat beli jajan dan beli beras. Sedih karena enggak bisa jajan, lihat teman main hati suka sedih," ungkap Latif yang tak bisa membendung air matanya lagi.



sumber:
PROMOTED CONTENT
Mgid

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tangis Latif, Mencari Kayu Bakar demi Segenggam Beras dan Uang Jajan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel